Selamat Datang Di Website Kontakperkasa Futures Surabaya

PT KONTAK PERKASA FUTURES | Pengusaha Prediksi Ekonomi RI Bisa Minus 6%

Written By KPFSURABAYA on Friday, July 3, 2020 | 8:46 AM



PT KONTAK PERKASA FUTURES SURABAYA - Kalangan pengusaha memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal II tahun ini mengalami kontraksi parah. Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia bahkan menyebut jika ekonomi bisa minus 4% hingga minus 6%.
Ketua Umum Kadin Rosan Roeslani mengungkapkan hal ini karena stimulasi penanganan COVID-19 masih berjalan lambat. Menurutnya penyerapan di berbagai bidang seperti kesehatan baru 1,54%, perlindungan sosial 28,63%, dan insentif usaha 6,8%.

"UMKM 0,06%, korporasi 0%, sektoral 3,65% ini akan membuat tekanan terhadap pemulihan kesehatan, jejaring pengaman sosial dan perekonomian menjadi lebih berat," kata Rosan dalam siaran pers, Kamis (2/7/2020).

Dia mengungkapkan lemahnya implementasi stimulus ini akan membuat pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal III kembali kontraksi di level pertumbuhan negatif sehingga secara teknikal Indonesia masuk dalam fase resesi ekonomi.

Sementara dari sisi perdagangan, angka surplus yang terjadi pada April dan Mei 2020 disebabkan adanya penurunan impor -18,6% pada April dan -42,2% pada Mei. Angka ini lebih tinggi dibandingkan penurunan ekspor -7% pada April dan -28,95% pada Mei.

Menurut Rosan, peran golongan bahan baku/penolong yang cukup berarti sekitar 70% dari total impor sampai akhir Mei tahun ini. Diperkirakan produksi dalam negeri untuk kepentingan konsumsi domestik dan ekspor akan terus terdampak untuk beberapa waktu ke depan.

Sementara itu dari sisi investasi, penurunan realisasi penanaman modal asing diperkirakan mengalami penurunan yang lebih dalam pada kuartal II. Sedangkan momentum kenaikan realisasi investasi dalam negeri belum bisa diharapkan mengingat rendahnya pertumbuhan kredit (2,68% per Mei 2020).

Ketidakpastian akibat pandemi COVID-19 ini tak hanya mempengaruhi arus perdagangan dan investasi, namun juga terhadap penurunan daya beli atau konsumsi dalam negeri. Misalnya penurunan indeks penjualan riil sebesar -16,9% pada April dan -22,9% pada Mei dan penurunan indeks keyakinan konsumen sebesar -33,8% pada April dan -39,3% pada Mei.

Dia menjelaskan pengalokasian ulang seperti investasi jangka panjang dari postur anggaran untuk kepentingan pemulihan ekonomi kuartal II dan stimulus yang belum optimal diprediksi akan mempengaruhi kontraksi ekonomi.

"Kadin Indonesia telah memberikan pandangan sebelumnya, bahwa pertumbuhan ekonomi 2,96% kuartal I tidak akan setinggi prakiraan sebelumnya dan bahkan beberapa faktor yang memperlambat pertumbuhan kuartal I semakin nyata dialami dunia usaha dan sektor riil kuartal II ini," ujarnya.

Menurut dia jika tidak terjadi peningkatan ketepatan, kecepatan dan keterpaduan dalam kebijakan pemulihan ekonomi, maka kontraksi ekonomi pada kuartal III akan terjadi.

Dia mengungkapkan ada risiko terjadinya kelumpuhan permanen di beberapa unsur dunia usaha apabila pemulihan daya beli dan daya produksi tidak dilakukan secara inklusif, cepat, dan masif.

Selain itu, pengusaha menilai Peraturan Pemerintah (PP) 23 Tahun 2020 harus dikaji ulang mengingat tidak terimplimentasinya hal tersebut dikarenakan beberapa alasan termasuk belum adanya unsur penjaminan yang berkenan terhadap sistem perbankan untuk dilakukannya program restrukturisasi terhadap banyak debitur/pengusaha UMKM, BUMN, dan lain lain.

Rosan menambahkan, Indonesia seharusnya tidak hanya menyadari keterbatasan tersebut, namun juga bagaimana bisa unggul dalam memajukan demokrasi dan ekonomi yang membawa kesejahteraan untuk masyarakat.

Oleh karena itu, lanjut Rosan, Indonesia tidak hanya butuh kekuatan, namun kapasitas adaptasi ataupun agilitas yang bisa dibuahkan dalam beberapa hal. Pertama, kerangka pemulihan ekonomi tidak semata hanya untuk pemulihan daya beli namun juga pemeliharaan dan peningkatan daya produksi agar Indonesia bisa terus meningkatkan devisa untuk pembangunan demokrasi dan ekonomi yang inklusif ke depan.

Penyikapan pemerintah untuk meningkatkan skala stimulus (untuk pemulihan ekonomi) dari 2,5% menuju 3,9% dari PDB akan mempengaruhi sejauh mana seluruh sektor bisa bangkit dan membukakan lapangan kerja, daya saing, dan devisa tambahan. PT KONTAK PERKASA FUTURES

Baca juga artikel lainnya
1. Bitcoin ‘Bikin Sakit’, Lebih Baik Pilih Emas | PT KONTAK PERKASA FUTURES
2. Investasi Emas Tetap Menggiurkan Sampai Kuartal Pertama 2018 | PT KONTAK PERKASA FUTURES
3. Investasi Masih Menarik Tahun 2018 | PT KONTAK PERKASA FUTURES
4. Menengok Prospek Bisnis Investasi di Tahun Politik | PT KONTAK PERKASA FUTURES
5. Tahun 2018, Bisnis investasi Dinilai Tetap Menarik | PT KONTAK PERKASA FUTURES
6. 2018 Emas dan Dolar Pilihan Menarik untuk Investasi Berjangka | PT KONTAK PERKASA FUTURES
7. KPF: Bisnis Investasi Masih Menarik pada 2018 | PT KONTAK PERKASA FUTURES
detik.com
Share this article :

Post a Comment